20 May 2011

Facebook-an Bisa Jadi Penyakit

Indonesia boleh jadi pengguna facebook no. 2 di dunia setelah Amerika. Tapi tahukah kita bahwa facebook-an mempunyai dampak yang sangat membahayakan. Adalah wajar jika beberapa waktu yang lalu sempat timbul kontroversi diantara para tokoh agama tentang boleh tidaknya facebook-an. Banyak yang mengatakan tidak boleh alias haram, Tapi banyak pula yang tidak terima jika facebook-an diharamkan. Saya tak akan mengomentari mereka yang melarang juga tak membela yang sebaliknya karena mereka semua berpendirian pada argumennya masing-masing.

Dalam pandangan saya facebook-an tetaplah hal halal atau boleh-boleh saja, yang memungkinkan untuk menjadi ibadah atau sebaliknya, menjadi dosa. Facebook-an tidak ubahnya seperti aktifitas halal yang lain seperti makan, minum, tidur, berbicara, diam, membaca, menulis dan sebagainya. Facebookan sendiri bisa jadi hal bermanfaat atau berbahaya tergantung untuk apa dia digunakan dan dalam keadaan bagaimana.

Kalau kita menggunakan facebook yang notabenenya adalah benda teknologi untuk sarana kebaikan seperti bertukar ilmu pengetahuan dan informasi positif, bertukar informasi terkait dengan pelajaran sekolah atau kuliah, atau yang terkait dengan pekerjaan seperti lowongan pekerjaan, memasarkan barang dagangan, atau digunakan untuk sarana dakwah, amar ma'ruf nahi munkar dan sarana komunikasi yang santun dengan sahabat dan kerabat yang jauh di tempat lain, facebook-an tentu tak bisa dikatakan tidak bermanfaat. Justru akan menjadi hal positif yang berujung pada nilai ibadah.

Tapi jika sebaliknya, facebook digunakan untuk mempermudah hal-hal negatif yang dilarang baik oleh negara maupun agama misalnya menyembunyikan aktifitas perselingkuhan agar tidak diketahui suami atau istri, mempermudah akses pornografi, mempermudah transaksi jual beli barang haram, menipu, menyebarkan berita kebohongan dan fitnah, saling hujat menghujat satu sama lain dan menjelek-jelekkan, atau memprovokasi, menebarkan kebencian, maka facebook-an bukan lagi aktifitas positif dan tidak salah jika kemudian facebookan menjadi haram dan harus ditinggalkan.

Satu lagi dampak negatif yang paling sering saya jumpai di kebanyakan para facebooker adalah mereka mengindap penyakit terlena dan lupa. Tidak sedikit para facebooker akhirnya lupa makan, lupa minum, lupa punya hutang dan satu lagi lupa waktu. Setidaknya itulah yang saya amati selama setahun lebih.

Mereka yang datang ke warnet dengan tujuan facebookan rata-rata menghabiskan tidak kurang kurang dari 3 jam untuk sekali waktu. Dan itu akan terus terulang dan terulang karena akhirnya mereka seperti kecanduan, tidak bisa berpisah sama sekali. Saya kasih contoh ... kalau mereka datang sepulang sekolah misalnya jam 14.00, belum sempat pulang, ganti baju, makan siang. Mereka kemudian keluar antara jam 16.00 - 17.00 untuk pulang. Kalau saya tanya "sudah dik?", yang paling sering jawabannya "sudah pak, sudah pegel, mau pulang dulu, nanti atau besok kesini lagi" (walhasil : kalau saja tidak capek, bisa jadi mereka nginap di warnet). Padahal untuk sampai ke rumahnya masih harus naik angkot seperempat jam. Belum antre angkotnya. dan lain-lain. Dengan keadaan yang seperti itu mereka sudah lupa banyak hal. lupa harus pulang dulu, lupa ganti baju dulu, lupa harus makan siang dulu untuk menjaga kesehatannya, dan yang paling menyedihkan mereka lupa kalau mereka harus sholat dahulu. Mereka terlanjur asyik hingga tak ingat kalau meninggalkan sholat itu berdosa. Padahal mereka juga tak dapat kemanfaatan yang lebih selain update status, add as friend atau chating-chating tak berbobot.

Akhir kata : mari jadikan facebook-an lebih berkualitas tanpa catatan dosa. Sekalipun mengasyikkan, jangan sampai membuat kita lupa dengan Yang Maha Kuasa. Wis...

No comments: