16 August 2009

Habisi dan Habiskan Makananmu !

Ada yang melintas dalam benak saya secara tiba-tiba ketika baru saja selesai melipat sajadah sehabis sholat witir. Ceceran sisa makanan yang tadi siang saya lihat di jalanan. Masyaa Allah. Mengapa tak ada rasa kasihan terhadap makanan sampai-sampai si pelaku tega membiarkannya tercecer atau mungkin malah sengaja membuang. Mengapa hanya karena dianggap sebagai makanan sisa lantas dicampakkannya begitu saja. Bahkan lebih kejam lagi ada yang dengan cara melemparkannya ke tempat yang sangat menjijikkan yaitu tempat sampah dan selokan. Mengapa seolah dia tidak mau tahu betapa banyak pengorbanan dan kesusahan yang ada untuk mendapatkan makanan-makanan tadi. Atau mungkin dia memang tidak pernah berfikir ke arah itu.

Harus diketahui dan diingat bahwa untuk jadi sesuap makanan yang layak untuk dimakan atau dikonsumsi ribuan orang telah dilibatkan bahkan mungkin sampai jutaan.
Satu contoh makanan yang kita makan sehari-hari adalah nasi. Sebelum jadi nasi asalnya adalah beras mentah. Sebelum jadi beras namanya gabah. Sebelum gabah adalah tanaman padi. Dan sebelum tanaman padi adalah bibit padi.
Yang tanam padi adalah petani. Sebelum menanam padi pak tani harus mengolah tanahnya biar gembur. Kalau dia pakai cangkul berarti dia butuh adanya cangkul dan dia tidak mungkin membuat cangkul sendiri, makanya dia harus beli cangkul. Karena harus beli maka harus ada yang jual. Dibutuhkanlah orang-orang yang jual cangkul namanya pedagang cangkul. Pedagang cangkul tak mungkin jual cangkul kalau tak ada yang membuat untuk dijualnya maka dia butuh orang yang membuat. Orang yang membuat cangkul akan bisa berproduksi kalau ada bahan baku utamanya yaitu besi. Makanya dia butuh yang namanya besi, orang yang jual besi, pabrik yang membuat besi dan orang-orang yang menjadi perantara sehingga besi bisa sampai dihadapannya. Sampai di pabrik besi berapa ribu orang yang terlibat di dalamnya. Dari karyawan paling bawah sampai bos yang memiliki pabrik itu sendiri.
Stop dulu untuk urusan cangkulnya pak tani dan hitung berapa orang yang terlibat.

Belum lagi kalau dia pakai traktor. Belum lagi nantinya dia perlu penanaman yang rasa-rasanya tak ada yang mau melakukannya sendirian, pengairan yang harus selalu melimpah, pemupukan yang membutuhkan biaya tak sedikit, pemanenan. Setelah panen perlu penggilingan gabah, penjemuran sampai kering baru masuk ke penggilingan padi biar bisa berubah menjadi beras.
Jadi beras masih belum layak dimakan dan masih perlu dimasak. Dibutuhkanlah alat-alat masak dan yang berhubungan teruuus sampai ke pabriknya.
Setelah matang tak pantaslah kalau kita makan nasi langsung ambil dari kuali maka perlu tempat makan yaitu piring. Berapa banyak orang yang terlibat untuk jadi sebuah piring yang sampai dihadapan kita.

Ooo... ternyata untuk jadi nasi satu piring yang layak makan benar-benar menguras tenaga, waktu dan pikiran banyak orang.

Karena itu mari kita berikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada mereka dengan tidak menyia-nyiakan makanan walaupun dalam ukuran yang sangat sedikit sekali. Kalau harus mengambil makanan ambillah dengan ukuran nantinya kita tidak akan menyisakannya untuk dibuang secara sia-sia.

Habisi dan habiskan makananmu !
Wallaahu a'lam

2 comments:

rasta said...

oowww..gitu yah.. baru tahu aku :)

bapakechilpii said...

iya mas...besok ta' kasih tahu yang lebih mas, rajin-rajin aja mampir he.. he..