23 June 2009

Marah, Bahaya dan Solusinya.

Seorang sahabat bertanya kepada Rosulullah tentang sedikit amal perbuatan yang dapat mengantarkannya masuk surga. Apa jawab Rosulullah? "laa taghdhob falakal jannah"au kamaa qoola, jangan marah maka ada surga bagimu.
Suatu ketika ada seorang teman bertanya dalam forum tanya jawab online "Perlukah saya marah?", karena mungkin saat itu dia sedang dilanda perasaan yang membuatnya ingin marah. Tak begitu lama ternyata banyak jawaban yang masuk dengan berbagai argument dan referensinya. Intinya rata-rata hampir sama yaitu perlu disaat dibutuhkan. Namun sebagian besar tak ada yang menjelaskan secara lebih dalam kapan saat marah itu dibutuhkan.
Sebenarnya apa sifat marah itu, kapan kemarahan itu dibutuhkan, bagaimana hukum kemarahan menurut tinjauan agama dan bagaimana solusinya banyak dari kita yang kurang memahami. Sehingga karena kekurang fahaman itu lantas menimbulkan dampak dan efek-efek yang sangat merugikan baik bagi diri sendiri maupun orang lain yang kadang-kadang tak ada kaitan dan hubungannya sama sekali.

Apakah marah itu dan mengapa manusia marah?

Imam Al Ghozali dalam kitabnya Ihya' uluumiddin memberikan sebuah penjelasan bahwa Allah menciptakan karakteristik sifat marah dari api yang berkobar yang kemudian ditancapkan dalam diri manusia. Karakter tersebut menetap dalam diri manusia bagaikan api dalam sekam yang sewaktu-waktu bisa membakar dan menghabiskan semua yang ada dihadapannya. Begitu juga dengan api kemarahan. Ketika keinginan dan hasrat menusia tercegah dan terputus ditengah jalan, maka maka ia akan berkobar memenuhi ruang hati, menjalar keseluruh otot-otot dan bagian tubuh yang lain kemudian merambat naik memenuhi wajah sehingga mengakibatkan wajah dan mata menjadi memerah. Dalam kondisi seperti itu siapapun yang melihat akan dapat mengetahuinya.

Adapun kekuatan amarah antara satu orang dengan yang lainnya juga berbeda-beda.
Pertama Kemarahan yang lemah dan sangat lemah
Kedua Kemarahan yang kuat dan kelewat batas
Ketiga Kemarahan yang sedang (antara yang lemah dan yang kuat

Pertama ; Kemarahan yang lemah dan sangat lemah
Orang yang mempunyai kekuatan amarah yang lemah cenderung mengalah dan menerima terhadap apapun yang menimpa dirinya walaupun hal tersebut sangat merendahkan dan menghina dirinya. Dia juga tidak akan tergerak untuk marah ketika harga dirinya, keluarganya, negaranya diijak-injak oleh orang lain. Dia juga tidak akan marah melihat kewajiban agamanya disepelekan oleh orang lain sekalipun orang lain itu keluarga sendiri. Sifat kemarahan yang lemah semacam ini sangat tidak bagus dan tidak terpuji. Imam Syafi'i mengatakan siapapun orangnya yang dihadapkan pada hal yang seharusnya dia marah namun dia tidak marah maka orang tersebut tak ubahnya seekor keledai. Masuk dalam kategori ini adalah sikap diam ketika melihat kemungkaran terjadi di hadapannya.
Apalagi orang yang tidak mempunyai sifat marah sama sekali berarti orang tersebut adalah orang yang tidak sempurna sebagai manusia. Wallaahu a'lam.

Kedua ; Kemarahan yang kuat dan kelewat batas
Kemarahan yang berlebihan bahkan kelewat batas yaitu kemarahan yang sampai pada takaran mengalahkan hati nurani, akal dan norma-norma agama. Kemarahan yang seperti ini yang paling berbahaya karena dalam kondisi ini orang cenderung buta hati, pikiran dan perasaan. Dalam istilah yang paling mudah kita menyebutnya kalap. Dia tidak akan bisa menerima saran, anjuran, peringatan dan nasehat apapun dari orang lain. Dia bisa saja bertambah marah ketika orang lain menasehati dan berusaha meredakannya.
Kemarahan yang seperti ini mempunyai banyak dampak yang nyata bagi orangnya atau bagi orang lain.
  1. Dampak secara lahiriyah atau fisik antara lain raut wajah berubah dari yang asalnya berseri menjadi merah padam dan menyeramkan, anggota tubuhnya bergetar, jari-jemarinya bergetar, bibirnya bergetar, ucapannya kadang ngaco dan tidak berurutan, keluar busa dari sudut bibirnya, mata menjadi merah. Pokoknya semuanya menjadi sangat buruk. Bahkan kelewat buruk sehingga andai saja orang yang marah dan kalap tersebut tahu dan bisa melihat raut wajahnya sendiri lewat cermin misalnya, dia akan menjadi malu sekali dikarenakan wajahnya yang berubah menjadi sangat buruk.
  2. Dampak secara lisan antara lain adalah terucapnya kata-kata kotor dan mengumpat yang seandainya saja dia dalam keadaan tidak marah maka dia tidak akan mengucapakan kata-kata kotor tadi karena malu dan tidak etis, mentertawakan secara sinis.
  3. Dampak secara tindakan antara lain adalah timbulnya tindakan kekerasan seperti pemukulan, penganiayaan, penghancuran, peperangan, tindakan melukai tanpa peduli, pembunuhan. Dan seandainya saja pelampiasan itu tidak sampai pada orang lain yang dituju, maka dia akan melampiaskan pada hal-hal lain seperti memukul benda-benda mati seperti kaca, perabot, atau membanting gelas menendang hidangan makanan dan lain sebagainya.
  4. Dampak secara batiniyah atau hati antara lain adalah munculnya perasaan dengki dan iri hati, dendam kesumat, senang dengan penderitaan orang lain, susah dengan kebahagiaan orang lain, berburuk sangka, hasrat untuk menyebar luaskan kejelekan dan kekurangan orang lain dan lain-lain.

Ketiga ; Kemarahan yang sedang (antara yang lemah dan yang kuat)
Dia marah ketika harus marah. Namun kemarahannya tidak sampai menimbulkan dampak yang menjadikan diri sendiri atau orang lain menderita dan sengsara.
Satu contoh digambarkan dalam agama adalah kemarahan yang harus ditunjukkan oleh seorang suami kepada istrinya ketika istrinya dalam keadaan tidak patuh kepadanya agar istrinya kembali menjadi istri yang taat. Sang suami harus mengambil tindakan untuk pertama kalinya dengan cara menasehatinya dengan baik dan lembut. Kalau dengan nasehat si istri tidak juga kembali patuh maka sang suami boleh melakukan pemukulan ringan di tempat atau bagian tubuh yang tidak vital dan terlalu berbahaya seperti betis, paha, pantat. Memukul pada anggota tubuh vital atau memukul dengan pemukulan keras dapat membahayakan dan itu sangat dilarang dalam agama. Kalau dengan nasehat dan pukulan ringan si istri masih juga belum mau kembali patuh maka sang suami boleh meninggalkan istrinya di tempat tidur sendirian atau pisah ranjang. Pisah ranjang bukan berarti pisah tempat tinggal. Sang suami bisa tidur di kamar tamu atau kamar lainnya yang penting tidak jadi satu tidur dengan si istri.
Contoh lain adalah yang berkaitan dengan kewajiban seorang muslim memberikan pendidikan sholat bagi anaknya. Ketika anak sudah menginjak usia 7 tahun maka orang tua wajib memberikan pelajaran tatacara sholat kepada anaknya. Kemudian menginjak anak usia 10 tahun orang tua harus lebih tegas lagi dalam memberikan pendidikan sholat dan apabila anak tidak mau melakukan sholat maka orang tua harus memberikan pelajaran lebih tegas lagi. Boleh disertai sugesti agar anak tertarik untuk melakukan sholat atau memberikan suatu ancaman-ancaman kecil. Kalau masih saja anak enggan melaksanakan sholat maka orang tua boleh melakukan pemukulan ringan ditempat atau bagian tubuh yang tidak vital dan terlalu berbahaya seperti betis, paha, pantat. Sekali lagi memukul pada anggota tubuh vital atau memukul dengan pemukulan keras dapat membahayakan dan itu sangat dilarang dalam agama. Ketegasan dan kemarahan yang dilakukan semata-mata adalah untuk memberikan pelajaran dan mengarah pada hal yang positif bukan untuk mencelakakan ataupun menimbulkan penderitaan. Jangan sampai kemudian anak atau istri dipukul pada bagian tubuh yan vital dan berbahaya seperti kepala, dada atau kemaluan, jangan sampai karena anak belum bisa menerima pandidikan yang diberikan lantas anak diikat ditiang seharian tanpa diberi makan atau dicebur-ceburkan ke bak mandi hingga anak gelagapan dan sulit bernafas.

Pokoknya marah dalam tingkatan ini dilakukan hanya semata-mata untuk mendatangkan kebaikan dan mengarah pada tujuan yang baik juga dilakukan dengan cara yang baik pula bukan kemarahan yang mengarah pada hal yang menimbulkan dampak negatif dengan cara negatif atau tindakan yang menyimpang dari aturan-aturan agama, negara dan sosial

Mengapa manusia marah?

Sebagian orang beranggapan bahwa sifat marah bisa dihilangkan dan dilebur sehingga nyaris hilang sama sekali dari diri manusia. Sebagian yang lain beranggapan bahwa sifat ini tidak bisa diubah dan dikendalikan karena menurutnya marah adalah sifat dan karakter bawaan manusia sejak dilahirkan kedunia ini. Kedua pendapat dan anggapan tadi adalah benar menurut masing-masing. Imam Al Ghozali dalam Ihya' Uluumiddin berpendapat lain. Menurutnya selama manusia masih memiliki rasa cinta dan benci terhadap sesuatu maka selama itu pula dia tidak akan bisa terpisah dan terlepas dari yang namanya sifat marah. Dia akan senang jika menemukan, menjumpai atau merasakan hal-hal yang sesuai dengan kehendaknya. Begitu pula sebaliknya dia akan membenci terhadap hal-hal yang tidak disenanginya. Ketika dia dipisahkan dan dilepaskan dari kesenangannya maka sudah pasti dia akan marah. Pun ketika dia disuruh melakukan atau dihadapkan pada sesuatu yang dibencinya maka dia juga pasti akan marah karena kemarahan adalah buntut dari rasa benci yang timbul dalam hatinya.

Nah, hal-hal yang cenderung dicintai manusia ini terbagi menjadi beberapa bagian.
  1. Hal-hal yang bersifat pokok atau primer seperti makanan dan minuman untuk energi tubuh, pakaian yang menutupi aurat, tempat tinggal untuk bernaung dan kebutuhan kesehatan. Seseorang akan marah ketika tubuhnya dipukul orang lain karena hal itu menghilangkan kebutuhan kesehatannya. Dia akan marah pula ketika pakaian yang dipakainya dilucuti dan dilepaskan secara paksa oleh orang lain atau rumah satu-satunya tempat dia tinggal dirusak dan dihancurkan. Dia juga akan marah ketika segelas air minum yang ada dihadapannya ditumpahkan orang sementara dia dalam keadaan kehausan.
  2. Hal-hal yang bersifat pokok atau primer bagi seseorang namun bukan pokok bagi orang lain seperti buku pelajaran bagi pelajar, kitab-kitab bagi para ulama dan ustadz, peralatan medis bagi ahli medis seperti dokter dan bidan, sepeda motor bagi tukang ojek, pemanggang sate bagi penjual sate dan segala hal yang menjadi perantara terpenuhinya kebutuhan pokok. Anak sekolah akan marah ketika buku pelajarannya disobekkan oleh temannya, ahli medis akan marah ketika peralatan medisnya dirusak dan dicuri orang, tukang ojek akan marah ketika sepeda motornya ditabrak orang hingga rusak parah, seorang penjual sate akan marah ketika ada orang lain yang usil menyiramkan air ke pemanggang satenya.
  3. Hal-hal yang sama sekali bukan kebutuhan pokok namun hanya sebatas kebutuhan tambahan atau kesenangan seperti makanan yang serba enak, uang yang banyak, kendaraan yang bagus dan lain sebagainya.
Wallaahu a'lam

Mengendalikan marah yang sudah timbul. Mungkinkah?

Insyaallah. Marah adalah salah satu sifat yang bisa menjadi terpuji dan tercela. Menjadi tercela kalau kemarahan itu mendorong dan mengarah pada tindakan negatif dan merugikan. Dan menjadi terpuji kalau kemarahan itu mengarah pada hal-hal yang baik dan berdampak pada kebaikan seperti saya uraikan diatas. Lantas bagaimana cara mengantisipasi agar kemarahan tidak berubah menjadi hal-hal yang merugikan. Ada 2 cara yang pokok :
Pertama ; dengan ilmu dan fikiran
Kedua ; dengan amal dan tindakan

Dengan ilmu dilakukan dengan cara :
  1. Mengingat dan berfikir akan janji Allah SWT tentang keutamaan orang yang meredam dan mengendalikan amarah, bersikap aris dan bijaksana, bersikap memaafkan kesalahan orang lain dan lain sebagainya.
  2. Berfikir terhadap murka Allah SWT bahwasanya kuasa Allah SWT atas diri kita lebih besar daripada kuasa kita kepada orang lain.
  3. Berfikir untuk takut terhadap dampak yang ditimbulkan seperti permusuhan, pembalasan, dendam kesumat, pertikaian dan semua hal yang tidak diinginkan.
  4. Berpikir bahwa ketika kita marah betapa jeleknya raut muka kita sebagaimana kita melihat orang lain ketika orang lain sedang marah.
  5. Berfikir bahwa kemarahan adalah hasil bujukan nafsu dan rayuan syetan yang selalu membisikkan dalam hati seolah-olah kalau kita mengalah dan tidak marah maka kita menjadi orang hina dan tidak punya harga diri, seolah-olah kita remeh dihadapan orang lain. Padahal syetan hanya mencari celah dan cara untuk menyebarkan dan menumbuhkan benih permusuhan dan pertikaian diantara kita manusia yang pada akhirnya kita juga yang akan menyesal andai menuruti keinginannya.

Dengan amal diantaranya dilakukan dengan cara :
  1. Tarik nafas dalam-dalam dan ucapkan doa "a'uudzubillaahi minasy syaithoonir rojiim" yakni minta perlindungan kepada Allah SWT dari godaan syetan yang terkutuk.
  2. Perbanyak membaca istighfar dan mohon ampunan
  3. Duduk jika kemarahan itu muncul dalam keadaan kita sedang berdiri, rebahkan tubuh jika kemarahan muncul dalam keadaan kita sedang duduk, kalau dengan rebahan dan tiduran masih saja kemarahan itu muncul dan menjadi-jadi, maka
  4. Sebaiknya segera berwudlu atau mandi. Kemarahan adalah api yang membakar hati. Dengan wudlu atau mandi setidaknya akan menjadikannya menjadi redup dan reda.
Wallaahu a'lam bis showaab
Selesai …

2 comments:

BLOG BISNIS MUKLIS|Motivasi dan bisnis said...

Wah sangat detail pae uraiannya, sebenarnya menurut penelitian dan dari buku buku yang pernah saya baca, marah memang ada khadarnya tetapi apapun itu marah bisa menghabiskan energi kita yang seharusnya bisa untuk mengerjakan yang lain tapi hanya terkuras untuk melampiaskan amarah, dan yang paling bahaya adalah ketika marah sudah terjadi dan dia sadar maka penyesalan yang akan datang, klo pae pernah baca buku Quantum ikhlas karangan Erbe Sentanu, maka semua jawaban telah tersedia di sana, semoga tidak melenceng dari jabaran pae ya, terimakasih atas kunjungannya dan juga sharenya di BBM, salam sukses dan semoga selalu sehat, amin

bapakechilpii said...

Banyak memang yang mengupas tentang amarah. Intinya semua hampir sama yaitu menyatakan kalau marah ternyata lebih banyak dampak negatifnya dari pada positifnya.
Terima kasih ya atas kunjungannya.