13 August 2009

Berdampak; Memanggil Dengan Julukan.

Kebiasaan sehari-hari bagi banyak orang termasuk saya dan mungkin juga rekan-rekan memanggil seorang teman dengan nama yang bukan namanya (nama julukan).
Ada yang memanggil dengan nama yang disesuaikan dengan kondisi fisik tubuhnya semisal hai Negro karena dia hitam kulitnya, hai Krebo karena rambutnya yang keriting berputar-putar, halo pak Jenggot karena jenggotnya yang lebat serupa gambar anggur cap orang tua.
Ada juga yang disesuaikan dengan sifatnya seperti hai Blo'on karena sifatnya yang rada-rada bloon tidak cepat tanggap dengan ucapan orang lain, hai Katrok karena sifatnya yang mudah terkagum-kagum dengan hal-hal baru macam teknologi, hai Dono karena orangnya lucu seperti almarhum pelawak Dono Warkop.
Ada juga yang dihubungkan dengan pekerjaannya seperti hai Pir ketika memanggil pak sopir, apa kabar pak Kebon karena pekerjaannya merawat kebun di sekolahan, selamat pagi pak Guru karena dia memang seorang pengajar.
Namun tak jarang pula yang memanggil temannya atau orang lain dengan panggilan yang sebenarnya kurang layak diterapkan untuk manusia seperti kang Badak karena mungkin tubuhnya yang terlihat kekar dan keras seperti badak, hai Cil Kancil karena otaknya yang licik dan pandai berkelit dalam bicara layaknya dongeng si kancil yang selalu lolos dari jebakan harimau karena kepiawaiannya dalam berkelit.

Bagaimana seandainya yang dipanggil dengan nama panggilan atau julukan seperti tersebut di atas adalah rekan-rekan? Senang, menerima, biasa atau tidak suka bahkan marah-marah?
Saya yakin macam-macam bahkan mungkin saja semuanya pernah dirasakan.

Terlepas dari semua itu bagaimana sebenarnya yang terbaik dalam memberikan julukan dan memanggil orang lain?

Menurut Syekh Imam Ibnu Malik dalam Alfiyah Ibni Malik-nya nama-nama panggilan seperti tersebut di atas dinamakan Asma Laqob. Dalam istilah mudahnya dinamakan nama-nama paraf atau julukan.
Dikarenakan nama julukan adalah bukan nama yang sebenarnya maka dampak bagi orang yang dijuluki juga bermacam-macam. Kalau julukan itu bersifat pujian maka biasanya akan menimbulkan perasaan senang. Tapi kalau julukan yang diberikan dirasakan sebagai sebuah penghinaan atau hal yang merendahkan maka biasanya akan menimbulkan perasaan tidak suka. Begitu juga dengan julukan yang berlawanan dengan keadaan aslinya biasanya juga akan menimbulkan perasaan tersinggung dan kurang senang karena orang lain akan merasa sebagai sebuah sindiran.
Senang atau tidak senang ketika julukan itu diberikan pada orang lain akan bisa dilihat dari perubahan raut wajahnya, perubahan sikapnya berbicara dalam memberikan tanggapan dan respon. Yang paling mudah ditebak adalah dengan adanya reaksi yang dilakukan seperti senyum-senyum, biasa tanpa ekspresi, marah-marah, menggerutu, berteriak mencaci-maki dan lain-lain.

Sebagai seorang yang memiliki hati dan perasaan sebagaimana orang lain memiliki hati dan perasaan tentu tidak ingin kalau perasaan kita dibuat tersinggung dan tidak suka oleh julukan-julukan dan nama panggilan yang tidak kita sukai.
Maka dari itu berhati-hatilah dalam memberikan julukan dan nama panggilan kepada orang lain, jangan sampai membuat tersinggung, jangan sampai membuat sakit hati, jangan sampai orang lain merasa tersindir kekurangannya. Akan lebih layak jika harus memanggil, memanggillah dengan nama yang sebenarnya tanpa harus diembel-embeli dengan kekurangan-kekurangan yang ada pada diri orang lain baik fisik maupun sifatnya.

Wallaahu a'lam

1 comment:

Agus Siswoyo said...

Posting yang unik mas...
sampai segitu kreatifnya mikirin topik pembicaraan.